ASIH-ASUH-ASAH

"... Jika kita menghargai seseorang, lalu kita posisikan sebagai individu/sesama, saudara/sahabat dan pemimpin/guru kita.. Maka lambat laun diri kita menjadi seorang yang mudah diterima oleh siapapun, apapun, di manapun, kapanpun dan bagaimanapun ..."

Kamis, 22 Desember 2016

AHY: Kemiskinan, Pengangguran dan Kesenjangan adalah Penjajahan Baru.. Betulkah?


http://www.membumikanpendidikan.com/
Calon Gubernur Agus Harimurti Yudoyono (AHY) belum lama berpidato politik untuk kali kedua di Gelanggang Remaja Jakarta Utara, Tanjung Priok Minggu (13/11/2016). Dalam pidato hampir sejam yang membuatnya berkeringat itu, selain menyampaikan program-program dan jurus-jurus andalannya serta sempat mengkritisi pejabat yang sekarang, AHY banyak berkisah tentang perjalanannya "bergerilya" kekinian ala Panglima Besar Jenderal Soedirman. Dijelaskan AHY, kalau dulu Panglima Besar bergerilya masuk ke kantong-kantong perjuangan untuk melawan kaum penjajah, kini dia masuk ke kantong-kantong perjuangan untuk melawan penjajahan baru berupa kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan.
http://smeaker.com/

AHY mungkin ingat quote dari Yang Mulia Paduka Bung Karno puluhan tahun lalu: ... “I hate imperialism. I detest colonialism. And I fear the consequences of their last bitter struggle for life. We are determined, that our nation, and the world as a whole, shall not be the play thing of one small corner of the world”.. bukannya penjajahan kasat mata seperti zaman Belanda dulu, tapi "penjajahan goib" yang sering disebut nekolim (neo-kolonialisme dan imperialisme)... ada tapi tidak ada.. tidak ada tapi ada...
Satu lagi warning Paduka Bung Karno soal penjajahan...
 https://aink420.wordpress.com
Tapi.. betulkah bahwa penjajahan [gaya] baru itu adalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan? sepertinya sih ketiganya adalah akibat dari sesuatu yang salah, entah itu sistemnya yang salah maupun perilaku orang-orangnya yang salah atau gabungan dari keduanya. Bisa juga, keadaan masyarakat yang miskin dan menganggur sehingga mengakibatkan terjadinya ketimpangan dan kesenjangan sosial termasuk ekonomi...

Nekolim lebih menjelma berupa sebuah sistem yang terpadu, terkoneksi dan terkontrol oleh pemegang remote-nya, yakni sekelompok kecil yang sudah, sedang dan akan semakin menguasai sebagian besar sumber daya bukan hanya di negeri ini tetapi di seluruh penjuru dunia. Celakanya, sistem global ini sudah menjalar seperti virus dan merasuki nyaris semua bidang, termasuk tapi tidak terbatas pada bidang hukum, perbankan, telekomunikasi, pertambangan, energi, teknologi informasi dan tentu saja sektor ekonomi. Coba kita cermati, betapa hanya sekitar 50 perusahaan multi nasional di berbagai bidang yang mendominasi dan menguasai sumber daya baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Lha ketika nyaris semua sumber daya negeri ini sudah dikuasai oleh "penjajah goib" ini, maka benteng terakhir untuk melawannya ya cuman dengan Budaya Nusantara...

Budaya bisa dimaknai sebagai cara hidup dan cara bertindak sarat dengan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para Leluhur Suci dan para pemimpin pendahulu.. dan para pendiri bangsa ini telah mempelajari, mendalami, memahami dan meneladani.. lalu memampatkannya menjadi lima kalimat indah sarat makna, kado terindah kemerdekaan negeri ini, PANCASILA.. 

Soal nekolim sang musuh bersama.. sistem ini nyata-nyata sukses menciptakan berbagai macam ketergantungan bagi bangsa Indonesia. Kalau zaman dulu penjajah melakukan invasi teritori unguk menguasai sumber daya, kini mereka menggeber invasi pemikiran. Jelas ini sangat berbahaya! karena kalau kita gak "eling dan waspada" maka pikiran kita bisa mempersempit hati kita atau mencoba mengkudeta hati kita. Bukan makar seperti isu hangat belakangan ini, tapi upaya makar kepada Yang Bertahta di Singgasana Hati...

Makanya, sebelum kita koar-koar lalu keliru mengenali dan mengidentifikasi sang musuh besar dan musuh bersama itu, yang terpenting adalah membuka kesadaran bahwa selama ini kita tuh dikhianati, ditipu, dibohongi dan diadu domba.. untuk bisa membuka kesadaran itu maka mutlak kita harus mau mengubah diri, menyingkirkan ego yang beranak pinak sikap sombong dan serakah... lalu kembali kepada PANCASILA termasuk di dalamnya Sistem Ekonomi Pancasila seperti yang telah dengan indah dituliskan pada Pasal 33 UUD 1945...

Setelah itu, barulah mengidentifikasi siapa2 budak2 dan antek2 nekolim ini dengan mengenali ciri-cirinya, yaitu pengkhianat, penipu, pembohong dan pengadu domba .. kita gak perlu mengusir atau membunuh sistem maupun orang2 jahat itu.. tapi mendingan membuat gerakan bersama melalui kelompok-kelompok kecil masyarakat yang terkoneksi dan terkontrol, dimulai dengan membuat dan menjalankan program2 kemandirian ekonomi melalui usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Kalau gerakan ini menyebar ke seantero penjuru negeri, maka nekolim.. sistem jahat.. tuhan palsu itu akan terusir atau mati dengan sendirinya...

Kembali ke urusan pilkada DKI, bukan cuman AHY, tapi seluruh kandidat kalau nanti terpilih, perlu menata kembali program kerjanya supaya selaras dengan "Ruh" Konstitusi negeri ini... Kalau keliru membuat pemetaan situasi soal nekolim ini, bisa jadi nanti malah "mengkeksploitasi kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan" dan bukannya memetakan dan mencari solusi tepat atas "putusnya mata rantai" yang menyebabkan ketiga hal tersebut...
Terakhir satu saja contoh untuk sekedar pertanyaan refleksi yaitu tentang AIR yang oleh Pasal 33 UUD 1945 harus dikuasai Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kita persempit jadi urusan AIR MINUM saja... Apakah rakyat Indonesia berdaulat atas sumber daya, pengelolaan dan distribusi Air Minum? Perusahaan dari manakah yang sekarang menguasai?... yuuuk kita bertanya pada rumput yang bergoyang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar